Tidak terasa, kita sudah memasuki pengujung tahun. Di periode ini, banyak perusahaan mulai menyiapkan Laporan Tahunan dan Laporan Keberlanjutan mereka. Di momen ini, tim corporate secretary, komunikasi, dan keberlanjutan bekerja keras untuk menata data, merangkai narasi, dan memastikan laporan mencerminkan perjalanan perusahaan selama setahun terakhir.
Namun, di balik semua itu, ada satu pertanyaan penting: Apakah laporan yang disusun benar-benar menceritakan dampak perusahaan dengan cara yang bermakna?
Saat ini, Laporan Keberlanjutan bukan lagi sekadar kewajiban atau formalitas. Ia telah menjadi alat komunikasi strategis yang menunjukkan akuntabilitas perusahaan terhadap manusia dan planet. Investor, pelanggan, dan regulator kini makin kritis. Mereka ingin tahu kegiatan yang dilakukan perusahaan, alasan pentingnya kegiatan itu dilakukan, dan cara hasilnya diukur.
Untuk menjawab kebutuhan tersebut, banyak organisasi di seluruh dunia menggunakan panduan dari Global Reporting Initiative (GRI), yang merupakan kerangka kerja pelaporan keberlanjutan yang paling banyak diadopsi secara global.
Apa Itu Standar GRI dan Mengapa Penting bagi Penulisan Laporan Keberlanjutan?
GRI (Global Reporting Initiative) menyediakan standar internasional yang membantu perusahaan menyampaikan informasi keberlanjutannya dengan cara yang transparan, konsisten, dan dapat dibandingkan. Tujuannya sederhana, tetapi esensial: memastikan Laporan Keberlanjutan menggambarkan dampak nyata perusahaan terhadap ekonomi, lingkungan, dan masyarakat.
Struktur GRI terdiri dari tiga lapisan utama:
- Standar Universal, yang berlaku untuk semua organisasi dan berfungsi sebagai kerangka dasar.
- Standar Topik (Topic Standards), yang membahas berbagai isu spesifik seperti energi, air, ketenagakerjaan, atau tata kelola.
- Standar Sektor (Sector Standards), yang memberikan panduan bagi industri tertentu tentang topik-topik yang paling material dan relevan bagi sektor tersebut.
Dengan kombinasi tiga lapisan ini, GRI tidak hanya membantu perusahaan melaporkan data, tetapi juga menyampaikan cerita di balik data tersebut.
Standar Topik dan Sektor: Fondasi Cerita Laporan Keberlanjutan yang Relevan

Ilustrasi pertemuan bisnis (sumber: freepik.com)
Bayangkan Laporan Keberlanjutan sebagai sebuah cerita besar tentang perjalanan perusahaan menuju dampak positif. Nah, Standar Topik dan Standar Sektor adalah dua komponen yang menentukan alur dan fokus cerita itu.
- Standar Topik membantu menjawab pertanyaan “Bagaimana kita harus menceritakan ini?”, yang menjelaskan indikator yang digunakan, pendekatan manajemen, serta cara kinerja diukur.
- Standar Sektor menjawab pertanyaan “Apa yang paling penting untuk diceritakan?”, karena tiap industri punya tantangan dan dampak yang berbeda.
Misalnya, perusahaan di sektor makanan dan minuman perlu menyoroti isu rantai pasok dan penggunaan air. Sementara itu, perusahaan energi akan lebih fokus pada transisi energi dan emisi karbon. Dengan memahami kedua standar ini, perusahaan dapat menyusun laporan yang relevan dengan konteks industrinya sekaligus mudah dipahami oleh pembaca.
Pada titik ini, penerapan GRI tidak lagi hanya tentang memenuhi kriteria. Ini tentang menghubungkan strategi keberlanjutan dengan cerita perusahaan, tentang cara tiap kebijakan, inovasi, dan langkah kecil berkontribusi terhadap visi jangka panjang.
Dari Kesadaran ke Penyelarasan: Menggunakan Standar dengan Tepat dalam Laporan Keberlanjutan
Untuk benar-benar memanfaatkan Standar GRI, perusahaan perlu membangun kesadaran tentang cara Topik dan Sektor bekerja bersama. Kesadaran ini menjadi dasar penyusunan laporan yang kuat dan kredibel.
Pendekatannya bisa dimulai dengan:
- Menilai materialitas untuk menentukan isu keberlanjutan yang paling signifikan bagi bisnis dan para pemangku kepentingan.
- Merujuk pada Standar Sektor yang sesuai untuk memastikan topik-topik yang diangkat memang mencerminkan tantangan utama industri.
- Menggunakan Standar Topik untuk membangun struktur pengungkapan dan data dengan tepat.
- Menyeimbangkan data dan narasi, karena laporan yang baik tidak hanya tentang angka, tetapi juga tentang konteks dan perjalanan.
- Melakukan validasi kepatuhan sebelum membuat klaim “sesuai dengan Standar GRI”.
Dengan pendekatan seperti ini, pelaporan menjadi lebih dari sekadar kewajiban; kegiatan tersebut menjadi sebuah proses refleksi dan komunikasi nilai.
Di Antara Data dan Cerita: Peran Komunikasi Laporan Keberlanjutan yang Kuat

Ilustrasi pertemuan bisnis (sumber: freepik.com)
Namun, di dunia nyata, banyak perusahaan menemukan bahwa menerjemahkan standar teknis ke dalam narasi yang menarik bukan hal yang mudah. Kadang-kadang laporan sudah lengkap secara data, tapi terasa kering atau sulit diikuti pembaca non-teknis.
Di sinilah peran komunikasi dan storytelling menjadi penting. Laporan Keberlanjutan yang baik bukan hanya menjawab “Apa yang kami lakukan?” melainkan juga menjelaskan “Mengapa ini penting?” dan “Bagaimana kami membuat perbedaan?”
Proses ini sering kali memerlukan kolaborasi antara tim ESG, manajemen, dan tim komunikasi. Pendekatan yang solid akan memastikan bahwa laporan tidak saja akurat, tetapi juga menyentuh aspek emosional dan aspiratif dari keberlanjutan.
Sebagai contoh, di Wordsmith Group, kami sering membantu perusahaan menemukan keseimbangan ini dengan mengubah terminologi teknis GRI menjadi narasi yang jelas dan mengalir, sekaligus menjaga keakuratan dan relevansi konten. Kami percaya bahwa Laporan Keberlanjutan yang kuat tidak berhenti di angka, tetapi melangkah lebih jauh: membangun kepercayaan melalui cerita yang jujur dan berdampak.
Dari Standar ke Penceritaan: Membangun Laporan Keberlanjutan yang Hidup
Ketika perusahaan memahami standar di balik cerita, hasilnya adalah laporan yang berjiwa: bukan sekadar kumpulan tabel dan indikator, melainkan sebagai potret perjalanan menuju masa depan yang lebih baik.
Perusahaan yang mampu menyelaraskan GRI dengan identitas dan nilai-nilainya akan lebih mudah berkomunikasi dengan pemangku kepentingan. Perusahaan seperti ini bisa menunjukkan bukan hanya kegiatan yang dilakukan, melainkan juga alasan di balik kepedulian serta cara berkomitmen untuk terus berkembang.
Laporan seperti ini akan:
- Meningkatkan kepercayaan pemangku kepentingan,
- Menunjukkan arah strategis yang jelas, dan
- Menginspirasi perubahan positif di dalam dan luar organisasi.
Mengubah Kepatuhan Menjadi Komunikasi Nilai dalam Laporan Keberlanjutan
Pada akhirnya, Standar GRI bukan hanya tentang pelaporan. Ia adalah alat untuk bercerita yang mengungkap tantangan, pembelajaran, dan komitmen perusahaan dalam menciptakan dampak positif.
Di tengah kompleksitas dunia keberlanjutan yang terus berkembang, perusahaan pun membutuhkan mitra yang dapat membantu menerjemahkan standar menjadi bahasa yang hidup dan menginspirasi.
Wordsmith Group hadir untuk membantu perusahaan melakukan hal itu, dengan mengubah kepatuhan menjadi komunikasi, dan laporan menjadi cerita. Tiap perusahaan punya kisah keberlanjutan yang layak diceritakan; tugas kitalah memastikan kisah itu tersampaikan dengan jelas, jujur, dan bermakna. Cukup hubungi Wordsmith Group melalui email atau WhatsApp untuk mulai membangun narasi keberlanjutan Anda hari ini.



