Memahami ESG Risk Rating dan Strategi ESG Risk Management untuk Bisnis Berkelanjutan

oleh | Sep 3, 2025 | blog

Dalam publikasi terbaru oleh Deloitte dan The Fletcher School at Tufts University, ditekankan pentingnya sistem pelaporan ESG (Environmental, Social, Governance) yang transparan dan kredibel. Pelaporan semacam ini tidak hanya memperkuat tata kelola, tetapi juga meningkatkan kepercayaan investor dan akses terhadap modal—faktor penting dalam ESG Risk Management. ESG sendiri telah berkembang menjadi kerangka utama dalam menilai daya saing dan keberlanjutan bisnis di era modern.

Memahami ESG Risk Rating dan Strategi ESG Risk Management untuk Bisnis Berkelanjutan - Wordsmith Group

Sumber foto: Freepik

Untuk itu, perusahaan perlu memahami ESG Risk Rating sebagai alat ukur yang dapat memberikan gambaran terstruktur tentang kemampuan mereka mengelola risiko keberlanjutan. Rating ini membantu mengidentifikasi area kritis yang berpotensi menimbulkan dampak reputasi maupun finansial.

Dalam konteks tersebut, penerapan ESG Risk Management menjadi langkah strategis yang krusial. Risiko ESG yang tidak ditangani dengan baik dapat merusak reputasi, menurunkan kepercayaan pemangku kepentingan, hingga menghambat perusahaan memperoleh pendanaan. Sebaliknya, manajemen risiko ESG yang efektif mampu memperkuat posisi perusahaan, menjaga keberlanjutan, serta membuka peluang untuk menciptakan nilai jangka panjang.

Definisi ESG Risk

ESG risk adalah risiko yang muncul dari faktor Lingkungan (lingkungan), Sosial (sosial), dan Tata Kelola (tata kelola). Risiko ini terjadi ketika praktik bisnis perusahaan tidak selaras dengan prinsip keberlanjutan, sehingga berdampak negatif terhadap kinerja finansial serta reputasi di mata investor dan publik.

Kasus nyata di Asia menunjukkan dampak ESG risk yang sangat serius. Pada tahun 2013, tragedi runtuhnya bangunan Rana Plaza di Bangladesh menewaskan lebih dari 1.100 pekerja pabrik garmen. Peristiwa ini—seperti dilaporkan BBC News—mengguncang industri fashion global dan menjadi titik balik kesadaran akan pentingnya standar keselamatan serta praktik bisnis yang bertanggung jawab. Selain memperlihatkan bahwa kelalaian dalam aspek sosial dan lingkungan dapat menimbulkan korban jiwa, insiden tersebut juga meruntuhkan reputasi industri di mata konsumen dan investor internasional.

Memahami ESG Risk Rating

ESG Risk Rating adalah metode penilaian untuk mengukur tingkat risiko ESG suatu perusahaan. Peringkat dari Sustainalytics membantu perusahaan dan investor memahami pengaruh isu lingkungan, sosial, dan tata kelola pada kinerja bisnis. Fokusnya ada pada risiko yang belum tertangani (unmanaged ESG risk), sehingga hasilnya lebih relevan secara finansial dibanding sekadar label “hijau” atau “berkelanjutan”.

Metodologinya menilai dua hal: eksposur, yaitu tingkat kerentanan perusahaan terhadap isu ESG yang penting di industrinya, dan manajemen, yaitu langkah yang diambil perusahaan untuk mengendalikan risiko tersebut melalui kebijakan, program, maupun respons terhadap kontroversi. Hasil akhirnya berupa skor risiko yang dikategorikan mulai dari sangat rendah hingga sangat tinggi, sehingga memudahkan perusahaan menentukan prioritas mitigasi sekaligus memperkuat kepercayaan investor.

Hasil ESG Risk Rating berpengaruh besar terhadap persepsi pasar dan makin sering dijadikan tolok ukur oleh investor dalam pengambilan keputusan.

Selain Sustainalytics, terdapat lembaga pemeringkat global lain seperti MSCI ESG Ratings, yang menilai sesuai eksposur industri, dan S&P Global ESG Scores, yang menggabungkan analisis kualitatif serta kuantitatif. Namun, perbedaan metodologi kerap menghasilkan penilaian yang kontras. Misalnya, Adani Ports and Special Economic Zone di India mendapat predikat Low Risk dari Sustainalytics, tetapi justru peringkat terendah (CCC) dari MSCI. Perbedaan tajam ini bukan kasus tunggal, melainkan gambaran bahwa metodologi yang tidak seragam dapat menghasilkan penilaian yang saling bertentangan. Eastspring Investments mencatat bahwa hal ini terjadi karena kurangnya standar pengungkapan dan perbedaan pendekatan antarlembaga. Sejalan dengan itu, mereka juga menegaskan bahwa “the divergence in ESG ratings is largely due to the lack of standardized disclosure and varying methodologies among rating agencies.” 

Dengan memahami proses dan implikasi dari ESG Risk Rating—termasuk faktor yang menentukannya—perusahaan dapat menggunakan hasil rating sebagai kompas strategis untuk meningkatkan kinerja keberlanjutan. Namun, memiliki rating saja tidak cukup; perusahaan perlu melengkapinya dengan langkah nyata melalui strategi ESG Risk Management yang terencana dan terukur.

Langkah-Langkah Mengelola ESG Risk

Penerapan ESG Risk Management memerlukan pendekatan yang sistematis agar benar-benar efektif dalam menjaga keberlanjutan bisnis. Berikut adalah beberapa langkah penting yang dapat dijadikan acuan:

  1. Identifikasi risiko ESG yang relevan dengan industri
    Tiap sektor memiliki karakteristik risiko yang berbeda. Misalnya, perusahaan energi menghadapi risiko tinggi terkait emisi karbon, sementara sektor manufaktur berhadapan dengan isu limbah dan keselamatan kerja. Proses identifikasi risiko ini perlu dilakukan secara menyeluruh, dengan melibatkan analisis internal dan masukan dari pemangku kepentingan.
  2. Menetapkan kebijakan dan SOP untuk mitigasi risiko
    Setelah risiko teridentifikasi, perusahaan perlu menyusun kebijakan keberlanjutan serta Standard Operating Procedure (SOP) yang jelas untuk mencegah dan mengurangi dampak yang ditimbulkan. Kebijakan ini mencakup komitmen perusahaan terhadap pengelolaan lingkungan, perlindungan tenaga kerja, praktik bisnis etis, serta tata kelola yang transparan.
  3. Monitoring dan pelaporan kinerja ESG secara berkala
    Manajemen risiko ESG tidak cukup hanya dengan kebijakan, tetapi juga membutuhkan mekanisme monitoring yang terukur. Pelaporan keberlanjutan yang transparan dan konsisten menjadi sarana penting untuk menunjukkan akuntabilitas perusahaan. Laporan ini juga membantu investor dan regulator menilai komitmen perusahaan terhadap keberlanjutan.
  4. Melibatkan pihak ketiga untuk audit dan verifikasi
    Untuk memastikan integritas data dan efektivitas strategi, perusahaan sebaiknya melibatkan pihak ketiga independen dalam melakukan audit ESG. Verifikasi eksternal akan meningkatkan kredibilitas laporan sekaligus memperkuat kepercayaan investor, regulator, dan publik.

Sudah saatnya perusahaan memandang ESG sebagai bagian integral dari strategi bisnis jangka panjang dan bukan semata-mata kewajiban. Integrasi yang baik akan memperkuat kepercayaan investor, meningkatkan daya saing, dan membangun citra positif di mata publik.

Sebagai mitra strategis, Wordsmith Group hadir untuk mendampingi perusahaan dalam merancang dan mengimplementasikan strategi keberlanjutan. Dengan pengalaman sebagai konsultan ESG, Wordsmith Group siap membantu perusahaan memahami risiko, menyusun kebijakan, serta menyiapkan laporan keberlanjutan yang kredibel. Untuk konsultasi lebih lanjut, hubungi kami melalui info@wordsmithgroup.id atau WhatsApp.

Other Post

Perbedaan GRI, SASB, dan IFRS dalam Menyusun Sustainability Report

Perbedaan GRI, SASB, dan IFRS dalam Menyusun Sustainability Report

Laporan keberlanjutan kini jadi bagian penting dari strategi bisnis perusahaan. Selama ini, banyak yang mengandalkan GRI sebagai panduan utama. Namun, dua kerangka lain yang tak kalah relevan adalah SASB dan IFRS (ISSB). Keduanya makin populer karena fokusnya pada...

Proses Layanan Interpreting di Wordsmith Group

Proses Layanan Interpreting di Wordsmith Group

Layanan interpreting atau juru bahasa berperan penting dalam menjembatani komunikasi lintas bahasa, terutama dalam acara resmi seperti seminar, rapat bisnis, hingga konferensi internasional. Interpreter membantu menyampaikan pesan secara akurat, jelas, dan tetap...