Strategi Merek Mewah dalam Mengurangi Jejak Karbon

oleh | Mei 27, 2025 | blog

Di balik kemewahan panggung peragaan dan label eksklusif, industri fesyen menyimpan tantangan lingkungan yang besar. Produksi massal, penggunaan bahan kimia berbahaya, konsumsi air dan energi yang tinggi, serta limbah tekstil yang sulit terurai menjadikan industri ini salah satu kontributor utama terhadap krisis iklim. Dalam konteks ini, penerapan prinsip ESG (Environmental, Social, and Governance) menjadi semakin relevan—tidak hanya bagi sektor manufaktur, tetapi juga bagi industri kreatif seperti fesyen.

Merek-merek mewah yang identik dengan kualitas tinggi dan eksklusivitas, mulai menunjukkan komitmen terhadap keberlanjutan. Gucci, salah satu ikon fesyen global, menjadi pelopor dengan langkah nyata: pengurangan jejak karbon hingga 40% dalam beberapa tahun terakhir, sebagaimana dilaporkan oleh Gucci Equilibrium Impact Report pada tahun 2023. Capaian ini membuktikan bahwa keberlanjutan dan kemewahan dapat berjalan beriringan.

Keberhasilan ini tidak hanya relevan dalam konteks global, tetapi juga memberi inspirasi bagi pelaku industri di berbagai negara, termasuk Indonesia. Semakin banyak merek lokal di segmen premium yang mulai melirik keberlanjutan sebagai strategi jangka panjang. Di sinilah konsultan ESG Indonesia dapat memainkan peran penting dalam mendampingi transisi ini, dengan menghadirkan keahlian yang dibutuhkan untuk membangun praktik bisnis yang lebih bertanggung jawab.

Transformasi Gucci menunjukkan bahwa perubahan menuju keberlanjutan bukan hanya mungkin dilakukan, tetapi juga mampu memberikan nilai tambah bagi merek mewah. Langkah-langkah strategis yang ditempuh oleh pelaku global ini memberikan inspirasi dan membuka cakrawala baru—terutama bagi para pemangku kepentingan di industri fesyen Indonesia—untuk melihat potensi besar dalam praktik bisnis yang lebih etis dan berkelanjutan. Peran konsultan ESG pun menjadi semakin relevan sebagai mitra dalam membangun masa depan industri yang tidak hanya modis, tetapi juga bertanggung jawab secara sosial dan lingkungan.

Peran Penting Merek Mewah dalam Penerapan ESG

Ketika merek seperti Gucci menerapkan prinsip ESG, dampaknya tidak hanya terbatas pada praktik dan proses bisnis internal—mereka turut mengarahkan perkembangan industri. Dengan pengendalian ketat atas produksi dan margin laba yang tinggi, merek mewah memiliki keleluasaan lebih besar untuk berinvestasi dalam keberlanjutan. Mereka dapat memilih bahan ramah lingkungan, menerapkan teknologi rendah emisi, dan menjalankan praktik kerja yang etis tanpa tekanan skala besar seperti yang dihadapi merek massal.

Salah satu hal yang membedakan merek seperti Gucci adalah pengaruh simboliknya. Komitmen keberlanjutan dari label ternama tidak sekadar menjadi contoh, tetapi juga membentuk standar baru dalam industri dan menumbuhkan kesadaran konsumen. Saat ini, konsumen tidak lagi hanya mempertimbangkan keindahan dan prestise sebuah produk, melainkan juga nilai-nilai tanggung jawab sosial dan lingkungan yang melekat di balik proses produksinya.

Dalam kerangka ini, kemitraan dengan konsultan ESG menjadi langkah strategis. Dengan pendekatan berbasis data dan pemahaman mendalam terhadap dinamika industri, konsultan berperan membantu merek merancang transformasi berkelanjutan tanpa menghilangkan jati diri eksklusifnya. 

Langkah dan Inovasi Gucci dalam Mengurangi Jejak Karbon

Komitmen Gucci terhadap keberlanjutan tidak hanya bersifat simbolis, melainkan diterapkan secara menyeluruh di seluruh lini bisnisnya. Sejak tahun 2018, Gucci telah menjadi perusahaan yang netral karbon—artinya, mereka menyeimbangkan jumlah emisi gas rumah kaca yang dihasilkan dengan cara mendukung berbagai program pelestarian lingkungan. Salah satunya melalui proyek konservasi hutan bernama REDD+ di negara-negara seperti Peru, Kamboja, dan Kenya.

Untuk mengurangi emisi secara langsung, Gucci menargetkan penurunan gas rumah kaca absolut sebesar 40% pada tahun 2035 sebagaimana yang dilaporkan di Gucci Equilibrium Impact Report pada tahun 2023 lalu. Target ini mencakup seluruh sumber emisi yang dihasilkan, baik dari aktivitas internal seperti penggunaan energi dan transportasi (cakupan 1 dan 2), maupun dari aktivitas tidak langsung seperti rantai pasok dan distribusi (cakupan 3), sesuai dengan protokol Gas Rumah Kaca (GRK). Hingga tahun 2022, Gucci telah mencatat pengurangan emisi sebesar 68% untuk sumber langsung dan 55% untuk emisi tidak langsung, dibandingkan tahun dasar 2015.

Dalam inovasi bahan, Gucci mengembangkan Demetra, material berbasis tumbuhan yang terdiri atas 75% bahan nabati seperti viskosa dan bubur kayu, sebagai alternatif kulit hewani. Bahan ini telah digunakan dalam berbagai produk, termasuk tas Horsebit 1955.

Pada sektor produksi, Gucci mengoperasikan ArtLab, pusat penelitian dan pengembangan di luar Firenze yang berfokus pada inovasi berkelanjutan. Teknologi seperti scrapless tanning—proses penyamakan kulit yang meminimalkan limbah padat—serta program Gucci-Up yang mendaur ulang kulit sisa, telah menghasilkan pemanfaatan ulang sekitar 27 ton antara tahun 2018 hingga tahun 2020.

Dampak Strategi Gucci terhadap Industri, Konsumen, dan Merek

Langkah-langkah keberlanjutan yang dijalankan oleh Gucci menghasilkan dampak nyata dalam tiga aspek utama: perubahan arah industri, peningkatan kesadaran konsumen, dan penguatan posisi merek dalam lanskap global yang semakin menuntut tanggung jawab sosial dan lingkungan.

Dampak terhadap Industri Fesyen

Sebagai pelopor keberlanjutan, Gucci menetapkan standar baru dalam industri fesyen. Inisiatif seperti penggunaan energi terbarukan, pengembangan bahan ramah lingkungan seperti Demetra, dan investasi pada pertanian regeneratif menunjukkan bahwa praktik berkelanjutan dapat diintegrasikan ke dalam model bisnis mewah tanpa mengorbankan mutu.

Gucci Equilibrium Impact Report - Wordsmith Group

Photo courtesy of Gucci Equilibrium Impact Report

Pendekatan ini mendorong merek lain untuk mengevaluasi praktik mereka dan membuka ruang kolaborasi dengan konsultan ESG. Para konsultan berperan dalam merancang strategi keberlanjutan yang terukur, membantu merek menerapkan kebijakan operasional yang sesuai dengan prinsip tanggung jawab lingkungan dan sosial.

Pengaruh terhadap Konsumen

Konsumen kini semakin mempertimbangkan aspek keberlanjutan dalam memilih produk. Strategi Gucci yang transparan dan konsisten menarik perhatian segmen pasar yang peduli terhadap dampak sosial dan ekologis. Koleksi Gucci Off The Grid yang memanfaatkan bahan daur ulang, dan program Gucci Preloved bersama Vestiaire Collective menunjukkan respon terhadap kebutuhan akan fesyen yang lebih etis.

Kesadaran ini juga tumbuh di Indonesia, khususnya di kalangan konsumen muda di kalangan urban. Merek-merek lokal mulai menghadapi tuntutan yang semakin tinggi akan transparansi dan tanggung jawab. Hal ini menjadi peluang bagi konsultan ESG Indonesia untuk mendampingi transformasi merek domestik agar selaras dengan nilai keberlanjutan.

Penguatan Identitas Merek

Komitmen Gucci terhadap keberlanjutan memperkuat reputasi dan nilai merek di mata publik, investor, dan media. Dengan mengedepankan inovasi dan tanggung jawab sosial, Gucci tidak hanya mempertahankan posisinya sebagai merek mewah, tetapi juga membangun loyalitas dari generasi konsumen yang lebih sadar lingkungan.

Pengakuan seperti Ellen MacArthur Foundation Award for Circular Economy menegaskan posisi Gucci sebagai pemimpin dalam transformasi industri. Hal ini menunjukkan bahwa keberlanjutan dapat menjadi sumber keunggulan kompetitif jika dikelola dengan strategi yang tepat.

Tantangan dalam Implementasi Strategi ESG di Industri Mewah

Meskipun merek-merek mewah seperti Gucci telah membuktikan bahwa keberlanjutan dapat menjadi bagian dari strategi bisnis, penerapan prinsip ESG dalam industri ini masih menghadapi tantangan besar, baik dari aspek operasional maupun struktural.

Menyelaraskan Eksklusivitas dan Keberlanjutan

Salah satu dilema utama adalah menjaga kesan eksklusif tanpa mengorbankan prinsip keberlanjutan. Produk mewah umumnya menggunakan bahan langka dan proses yang kompleks, sehingga transisi ke bahan alternatif berbasis nabati atau daur ulang menuntut penyesuaian citra dan persepsi nilai oleh konsumen.

Tingginya Biaya dan Akses Terbatas pada Keahlian ESG

Transformasi menuju praktik yang berkelanjutan memerlukan investasi besar dan keahlian lintas disiplin. Tantangan ini semakin terasa di pasar seperti Indonesia, yang memiliki jumlah ahli ESG independen yang masih terbatas dan kurang dikenal. Banyak perusahaan mengalami kesulitan dalam menemukan sumber daya yang tepat untuk mendampingi proses mereka—baik dalam pelaporan, pelatihan, maupun pengembangan strategi.

Model layanan yang menghubungkan langsung pakar ESG dengan organisasi yang membutuhkan pendampingan kini menjadi solusi yang sangat relevan. Pendekatan ini memungkinkan perusahaan memperoleh akses yang lebih mudah, fleksibel, dan sesuai kebutuhan—baik dalam merancang strategi, mengembangkan kebijakan, maupun memperkuat kapasitas internal melalui pelatihan yang terarah.

Budaya dan Resistensi terhadap Transparansi

Industri fesyen mewah sangat dipengaruhi oleh warisan nilai-nilai tradisional yang menjunjung tinggi kerahasiaan dan eksklusivitas. Transparansi operasional dan pelaporan keberlanjutan sering kali dianggap bertentangan dengan citra kemewahan. Mendorong perubahan budaya semacam ini membutuhkan pendekatan komunikasi yang strategis dan edukatif.

Akses terhadap keahlian yang tepat dapat menjadi langkah awal yang berarti bagi perusahaan atau organisasi yang sedang menjajaki atau ingin memperkuat inisiatif ESG. Jika Anda ingin berdiskusi lebih lanjut mengenai pendekatan ESG yang sesuai dengan kebutuhan bisnis Anda, tim Wordsmith Group dapat dihubungi melalui email di info@wordsmithgroup.com atau melalui WhatsApp untuk informasi dan percakapan awal lebih lanjut.

Other Post

Alasan Pentingnya Pelaporan Metrik ESG bagi Masa Depan Pasar Modal

Alasan Pentingnya Pelaporan Metrik ESG bagi Masa Depan Pasar Modal

Dalam dunia investasi modern, keberlanjutan dan keterbukaan informasi bukan lagi pilihan, melainkan keharusan. Pendekatan Environmental, Social, and Governance (ESG) kini menjadi bagian penting dari strategi pasar modal global. Di Indonesia, regulator dan pelaku pasar...