ESG to SDGs: Shaping a Sustainable Future
Wordsmith Group kembali menggelar serial talkshow ESG Club Eps 2 dengan tema “ESG to SDGs: Shaping a Sustainable Future” di Rumah Wijaya pada Rabu, 23 Agustus 2023, pukul 14.00–16.30 WIB. Kami mengundang narasumber untuk membahas keseimbangan 3P dalam praktik berkelanjutan: People, Planet, dan Profit.
Tema berkelanjutan dibawakan oleh 4 pemateri yang ahli di bidangnya, yakni Angelique Dewi, selaku Head of Corporate Communication Nutrifood, Arianto Mulyadi selaku Director of Corporate Communication & Sustainability Indesso Group, Setyo Budi selaku Manager of Economic Development Pillar in SDGs National Secretariat of Bappenas, dan Rory Ratnawati selaku Konsultan dan Penulis Laporan Keberlanjutan dari Wordsmith Group.
Puri Lestari, sebagai moderator, memandu dan membuka acara dengan sambutan dari Iskandar Julkarnaen, General Manager Wordsmith Group. Ia menjelaskan bahwa ESG Club menghadirkan tiga episode berbeda dengan pendekatan menarik. Episode kedua ini melibatkan perspektif dari korporasi, perusahaan besar, hingga pemerintah, yang memberikan informasi terbaru tentang pencapaian tujuan SDGs dan cara penulisan laporan keberlanjutan.
How ESG in Private Sector Support SDGs
Pemaparan pertama disampaikan oleh Angelique, yang menyatakan bahwa konsumsi gula memiliki risiko tinggi terhadap penyakit. Oleh karena itu, Nutrifood memberikan layanan yang ditujukan untuk masyarakat dengan keyakinan bahwa hidup sehat dapat tetap dinikmati melalui produk makanan dan minuman yang lezat.
Selanjutnya, Angelique mengajak peserta untuk menutup mata dan menarik napas, sambil menjelaskan bahwa oksigen yang kita hirup juga berasal dari lautan yang memiliki peran penting dalam mengatur iklim dan menyediakan sumber makanan. Ia juga mengingatkan bahwa sekitar 12 juta ton sampah telah masuk ke laut. Karena itu, Nutrifood telah menerapkan metode pengelolaan sampah yang cermat dengan bantuan mitra dan vendor khusus.
Angelique dan timnya berhasil mengurangi hingga 80% sampah ke TPA, untuk mendukung Indonesia sebagai pemimpin dalam mengurangi sampah dengan manfaat bagi 125 juta orang. Mereka juga mendistribusikan surplus makanan ke lembaga food bank (NGO) dengan keyakinan akan keseimbangan antara bisnis dan kesehatan bumi dalam menjaga keberlanjutan.
SDGs Progress and Trajectory in Indonesia
Budi menyampaikan komitmen Indonesia untuk memimpin pencapaian Sustainable Development Goals (SDGs) melalui koordinasi kuat dengan pemangku kepentingan. Ia juga menekankan “Moment of Truth” di mana Indonesia akan menjadi negara maju atau middle-income country dalam 30 tahun mendatang. Bonus demografi pada tahun 2034 juga akan meningkatkan urgensi keberlanjutan.
“Meskipun baru mencapai 15% dari target SDGs, progres tahun 2023 tetap positif meskipun dampak pandemi COVID-19. Upaya ini melibatkan rencana aksi nasional, kontribusi dari NGO, organisasi kemasyarakatan, dan perguruan tinggi dengan anggaran sebesar 2,7 triliun per tahun,” papar Budi.
Budi menekankan bahwa dukungan dari wakaf berbagai agama dan kolaborasi dengan sektor bisnis seperti BCA Digital Forest serta pemerintah daerah memainkan peran penting dalam mencapai 17 goals SDGs dengan indikator dan rencana aksi yang jelas. Kolaborasi antara organisasi seperti NU dan Muhammadiyah juga menjadi kunci keberhasilan keberlanjutan.
Case for the Indonesian Essential Oil industry
Arianto menyoroti keunggulan Indesso Group dalam pengadaan bahan, khususnya minyak atsiri, yang menjadikannya perusahaan terkemuka di Indonesia. Minyak atsiri memainkan peran penting dalam keberlanjutan dengan dampak pada aspek sosial dan lingkungan.
Lebih lanjut ia menekankan bahwa keberlanjutan menjadi semakin penting sejak tahun 1992 dengan munculnya standar berkelanjutan. Seiring dengan konsep SDGs, laporan keberlanjutan Indesso pertama kali diterapkan pada tahun 2020 dan menjadi bagian dari ekosistem mereka.
Arianto bersama Indesso Group mengambil pelajaran berharga dari Global Reporting Initiative (GRI) dan evaluasi ekologis seperti Ecovadis. Mereka meyakini bahwa manusia adalah bagian dari alam, dan karbon seharusnya berada di dalam tanah untuk menjaga keseimbangan ekosistem.
Mengoptimalkan Laporan Keberlanjutan dengan Jasa Penulisan Profesional
Rory menekankan bahwa hidup harmonis antara manusia dan alam adalah tujuan utama keberlanjutan. Prinsip bisnis semakin berorientasi pada keberlanjutan, dengan dukungan dari pemerintah dan akademisi yang menganggapnya sebagai hubungan saling menguntungkan.
“Seni bercerita (storytelling) dalam Laporan Keberlanjutan harus disertai dengan kemampuan menulis yang baik agar pesan-pesan keberlanjutan mudah dipahami. Peningkatan realisasi dari tahun ke tahun dalam Laporan Keberlanjutan menjadi sangat penting,” ucap Rory.
Ia menyimpulkan bahwa dengan transparansi dan kerja sama sektor publik dan akademisi, keberlanjutan menjadi sentral dalam pembangunan masa depan. Pedoman POJK dan GRI digunakan untuk menghasilkan perubahan positif. Keterampilan bercerita dan kemampuan menulis yang kuat juga sebagai penyampaian pesan keberlanjutan secara jelas.
Kemudian, acara dilanjutkan dengan sesi tanya jawab oleh tiga peserta kepada para pemateri.
Pertanyaan pertama oleh Edwin dari BRI yang ingin mengetahui cara mempelajari ESG. Angelique menjelaskan bahwa semua karyawan didorong untuk memperoleh pemahaman ESG dengan otodidak, mengundang pembicara tamu, dan berdiskusi bersama tanpa perlu konsultan eksternal.
Sementara, Arianto menambahkan bahwa selama pandemi COVID-19, para karyawan diberi akses ke sekolah online dan beasiswa untuk studi berkelanjutan. Yendi Amalia juga menerangkan bahwa implementasi ESG harus memberikan dampak nyata pada stakeholder sesuai dengan Standar Operasional Keuangan dan POJK.
Pertanyaan kedua oleh Janice dari Nara Synergy mengenai “laporan untuk pemerintah yang melibatkan data dan apakah laporan tersebut dibuka untuk umum”. Angelique menjelaskan bahwa Laporan Keberlanjutan di perusahaan swasta lebih berfokus pada penggunaan internal, terutama data yang relevan untuk kinerja internal.
Arianto menjelaskan bahwa perhitungan emisi telah diaudit secara independen, dievaluasi oleh pihak ketiga, dan masukan dari pihak luar digunakan untuk Key Performance Indicator (KPI). Sementara Budi menekankan pentingnya menutup kekurangan atau tantangan dalam laporan, karena hal ini bisa memberikan inspirasi bagi pihak lain.
Pertanyaan ketiga oleh Setyawan dari JNE yang mengindikasikan bahwa “perusahaannya belum menjadi Tbk, sehingga ingin mengetahui pendekatan ESG”. Arianto menjawab dengan praktik efisiensi energi dan listrik, serta transisi ke mobil listrik akan menjadi langkah keberlanjutan untuk lingkungan dan operasional perusahaan.
Angelique menyoroti pentingnya keterlibatan karyawan dan kontribusi nilai-nilai perusahaan terhadap isu sosial. Rory juga menekankan nilai tambahan ESG (pemerintah dan sosial) dapat menjadi pembeda bagi perusahaan dalam hal keberlanjutan dan dampak positif.
Demikianlah acara ESG Eps. 2 berakhir dengan diskusi yang menarik dan bermanfaat bagi semua peserta. Untuk mendapatkan informasi tentang serial ESG Club yang ketiga pada bulan November 2023, ikuti akun Instagram kami di @wordsmithgroup